Para ulama sering menjelaskan tiga
prinsip yang harus jadi pegangan setiap muslim. Jika prinsip ini dipegang,
barulah ia disebut muslim sejati.
Para ulama mengatakan, Islam adalah:
الاستسلام لله بالتوحيد والانقياد له بالطاعة والبراءة من الشرك
وأهله
“Berserah diri pada Allah dengan
mentauhidkan-Nya, patuh kepada-Nya dengan melakukan ketaatan dan berlepas diri
dari syirik dan pelaku syirik.”
Prinsip pertama: Berserah diri pada
Allah dengan bertauhid
Maksud prinsip ini adalah beribadah
murni kepada Allah semata, tidak pada yang lainnya. Siapa yang tidak berserah
diri kepada Allah, maka ia termasuk orang-orang yang sombong. Begitu pula orang
yang berserah diri pada Allah juga pada selain-Nya (artinya: Allah itu diduakan
dalam ibadah), maka ia disebut musyrik. Yang berserah diri pada Allah semata,
itulah yang disebut muwahhid (ahli tauhid).
Tauhid adalah mengesakan Allah dalam
ibadah. Sesembahan itu beraneka ragam, orang yang bertauhid hanya menjadikan
Allah sebagai satu-satunya sesembahan. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Padahal mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.
Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah: 31).
Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ
الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ
الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5).
Dalam ayat lain, Allah menyebutkan
mengenai Islam sebagai agama yang lurus,
إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا
إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Hukum itu hanyalah kepunyaan Allah.
Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Yusuf: 40). Inilah
yang disebut Islam. Sedangkan yang berbuat syirik dan inginnya melestarikan
syirik atas nama tradisi, tentu saja tidak berprinsip seperti ajaran Islam yang
dituntunkan.
Prinsip kedua: Taat kepada Allah
dengan melakukan ketaatan
Orang yang bertauhid berarti
berprinsip pula menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ketaatan
berarti menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Jadi tidak cukup menjadi
seorang muwahhid (meyakini Allah itu diesakan dalam ibadah) tanpa ada amal.
Prinsip ketiga: Berlepas diri dari
syirik dan pelaku syirik
Tidak cukup seseorang berprinsip
dengan dua prinsip di atas. Tidak cukup ia hanya beribadah kepada Allah saja,
ia juga harus berlepas diri dari syirik dan pelaku syirik. Jadi prinsip seorang
muslim adalah ia meyakini batilnya kesyirikan dan ia pun mengkafirkan
orang-orang musyrik. Seorang muslim harus membenci dan memusuhi mereka karena
Allah. Karena prinsip seorang muslim adalah mencintai apa dan siapa yang Allah
cintai dan membenci apa dan siapa yang Allah benci.
Demikianlah dicontohkan oleh Ibrahim
‘alaihis salam di mana beliau dan orang-orang yang bersama beliau[1]
berlepas diri dari orang-orang musyrik. Saksikan pada ayat,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ
وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا
تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
“Sesungguhnya telah ada suri
tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia;
ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri
daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah.” (QS. Al
Mumtahanah: 4). Ibrahim berlepas diri dari orang musyrik dan sesembahan mereka.
كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ
وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
“Kami ingkari (kekafiran)mu dan
telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya
sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (QS. Al Mumtahanah: 4).
Dalam ayat lain disebutkan pula,
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ
يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آَبَاءَهُمْ أَوْ
أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
“Kamu tak akan mendapati kaum yang
beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang
yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau
anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (QS. Al Mujadilah:
22).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا آَبَاءَكُمْ
وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ
وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah
kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka
lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang
menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. At
Taubah: 23).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي
وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia.” (QS.
Al Mumtahanah: 1).
Demikianlah tiga prinsip agar
disebut muslim sejati, yaitu bertauhid, melakukan ketaatan dan berlepas diri
dari syirik dan pelaku syirik.
Semoga Allah memudahkan kita menjadi
hamba-hambaNya yang bertauhid.
(*) Dikembangkan dari tulisan
Syaikhuna -guru kami- Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan
-hafizhohullah- dalam kitab “Durus fii Syarh Nawaqidhil Islam”, terbitan
Maktabah Ar Rusyd, tahun 1425 H, hal. 14-16.
@ Sakan Thullab Mabna 27 King Saud
University, Riyadh, KSA, 15 Syawal 1433 H

[1]
Ada yang mengatakan yang bersama beliau yang sama-sama berlepas diri dari
kesyirikan dan pelakunya adalah para nabi. Sebagian lainnya maknakan orang
beriman. Demikian dua pendapat yang disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam Zaadul
Masiir.