Pertanyaan
Grup Akhwat Lumbir Mengaji
Saya punya teman yang baru setahun bermualaf,itu juga dia karena dia menikah dengan laki2 muslim oleh karenanya dia berpindah agama..pada saat saya mengetahui teman saya ini berpindah agama menjadi muslim,saya sangat senang karena mendengarnya tapi disisi lain saya kasian dan sedih karena mungkin teman saya memilih islam golongan yg ngkn salah ajaran..ya mungkin karena teman saya mengikuti jejak suaminya.
Bahkan teman saya sering posting status yg menyindir orang2 yg berilmu,bahkan mengkatakan orang yg tambah ilmunya maka dia akan sombong...tapi tdk pernah saya hiraukan..
Bagaimana ustadz,apakah lebih baik saya diam saja dan mendoakannya atau menasehatinya..kendati saya juga masih minim ilmu.
Saya punya teman yang baru setahun bermualaf,itu juga dia karena dia menikah dengan laki2 muslim oleh karenanya dia berpindah agama..pada saat saya mengetahui teman saya ini berpindah agama menjadi muslim,saya sangat senang karena mendengarnya tapi disisi lain saya kasian dan sedih karena mungkin teman saya memilih islam golongan yg ngkn salah ajaran..ya mungkin karena teman saya mengikuti jejak suaminya.
Bahkan teman saya sering posting status yg menyindir orang2 yg berilmu,bahkan mengkatakan orang yg tambah ilmunya maka dia akan sombong...tapi tdk pernah saya hiraukan..
Bagaimana ustadz,apakah lebih baik saya diam saja dan mendoakannya atau menasehatinya..kendati saya juga masih minim ilmu.
Tapi saya merasa sangat prihatin dan kasihan,meskipun dulu tmn sya msh beragama nasrani tp sya dlu prnh brtmn dkt dg tmn sya itu wkt msh kecil smpe remaja..
Mohon penjelasan dan pencerahannya Ustadz..
Dijawab Oleh Ustadz Sri Kusdiono
Mungkin kita sering berfikir, sudah
banyak sekali cara kita untuk menyadarkan seseorang yang kita cintai, untuk
merubah sifat seseorang yang sangat disayangi. Akan tetapi, segala cara dan
upaya kita, ternyata tidak mampu untuk merubahnya menjadi seseorang yang baik.
Sebenarnya apa yang salah dengan upaya kita, bagaimanakah caranya agar kita
dapat merubah seseorang?
Mengenai hal ini, perlu kita ketahui, hidayah atau petunjuk hanyalah milik Allah, bagaimana pun upaya kita untuk merubah seseorang, bagaimana pun kerja keras kita untuk menyadarkan seseorang, maka itu tidak ada artinya jika Allah tidak menghendaki hidayah kepadanya, orang tersebut tidak akan berubah sampai Allah memberikannya hidayah. Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).
Ibnu katsir mengatakan mengenai
tafsir ayat ini, “Allah mengetahui siapa saja dari hambanya yang layak
mendapatkan hidayah, dan siapa saja yang tidak pantas mendapatkannya”.
Hidayah hanyalah milik Allah, dan
Allah memberi hidayah kepada orang yang dikehendakinya. Barangsiapa yang Allah
beri hidayah, tidak ada seorang pun yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa
yang telah Allah sesatkan, tidak ada seorang pun yang bisa memberi hidayah
kepadanya. Allah berfirman yang artinya “Allah memberikan hidayah kepada siapa
yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah: 213) dan Allah
berfirman yang artinya “Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada
baginya seorang pemberi petunjuk.” (QS. Az-zumar:23).
Di antara sebab-sebab seseorang
mendapatkan hidayah adalah:
1. Bertauhid
Seseorang yang menginginkan hidayah Allah, maka ia harus terhindar dari kesyirikan, karena Allah tidaklah memberi hidayah kepada orang yang berbuat syirik. Allah berfirman yang artinya “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kesyirikan, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-an’am:82).
2. Taubat kepada Allah
Allah tidak akan memberi hidayah kepada orang yang tidak bertaubat dari kemaksiatan, bagaimana mungkin Allah memberi hidayah kepada seseorang sedangkan ia tidak bertaubat? Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya”.
3. Belajar Agama
Tanpa ilmu (agama), seseorang tidak mungkin akan mendapatkan hidayah Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya “Jika Allah menginginkan kebaikan (petunjuk) kepada seorang hamba, maka Allah akan memahamkannya agama” (HR Bukhori)
4. Mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi hal yang dilarang.
Kemaksiatan adalah sebab seseorang dijauhkan dari hidayah. Allah berfirman yang artinya “Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (An-nisa: 66-68).
5. Membaca Al-qur’an, memahaminya mentadaburinya dan mengamalkannya.
Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus” (QS. Al-Isra:9)
6. Berpegang teguh kepada agama Allah
Allah berfirman yang artinya “Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali-Imron:101).
7. Mengerjakan sholat.
Di antara penyebab yang paling besar seseorang mendapatkan hidayah Allah adalah orang yang senantiasa menjaga sholatnya, Allah berfirman pada surat al-baqoroh yang artinya “Aliif laam miim, Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya dan merupakan petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
Siapa mereka itu, dilanjutkan pada ayat setelahnya “yaitu mereka yang beriman kepada hal yang ghoib, mendirikan sholat dan menafkahkah sebagian rizki yang diberikan kepadanya” (QS. Al-baqoroh:3).
8. Berkumpul dengan orang-orang sholeh
Allah berfirman yang artinya “Katakanlah: “Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): “Marilah ikuti kami.” Katakanlah:”Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am:72).
Dari uraian di atas, maka tugas kita
adalah berdakwah dan senantiasa berdakwah sesuai kapasitas ilmu yang kita
miliki. Perkara hasilnya mutlak hak Allah.
Ajak teman anti untuk ikut kajian
sunnah, biar ada pembanding dalam kehidupan beragamanya, jika mau.
Jika dia menolak, ingat bahwa
hidayah adalah bukan wewenang kita. Tugas kita hanya menyampaikan. Billahi
taufiq wal hidayah.
Republished By Admin Lumbir Mengaji