Sabar itu bukan sekedar teori yang diucapkan di lisan atau
ditulis di buku catatan. Namun harus dipraktekkan dalam kehidupan.
Banyak hal dalam kehidupan yang membutuhkan kesabaran. Di
antara lapangan praktek nyata untuk mengasah kesabaran adalah saat menghadapi
takdir yang tidak enak. Dan ini amat beragam contohnya. Salah satunya dalam
kehidupan rumah tangga.
Pasangan Tak Sesuai Harapan
Siapapun yang berumah tangga tentu menginginkan keluarga
yang harmonis. Faktor terpenting untuk mencapai impian tersebut adalah
ketakwaan dari suami dan istri. Keduanya harus sama-sama bertakwa.
Namun ternyata realitanya tidak selalu sesuai harapan.
Terkadang suami menjadi salih duluan, sedangkan istri belum. Atau sebaliknya.
Kejadian ini semua tentu dengan takdir dari Allah ta’ala.
Bila seseorang berfikir positif, seharusnya dia menyimpulkan
bahwa ini adalah bagian dari peluang amal salih yang diberikan Allah. Maksudnya
pintu berdakwah terbuka lebar di hadapan pasangan yang lebih dahulu kenal
ngaji. Bukankah orang terdekat itulah yang paling berhak untuk memperoleh
ajakan kebaikan kita?
Sumbu Pendek
Tetapi ternyata kenyataannya tidak sedikit suami atau istri
yang menginginkan jalan pintas. Sumbu pendek! Begitu ngaji dan melihat
pasangannya belum mau diajak ngaji, dia langsung berpikir untuk cerai. Lalu
mencari pasangan baru. Padahal mungkin dia belum maksimal untuk mendakwahi dan
mendoakan pasangannya.
Ketahuilah, bisa jadi justru akan banyak sekali hikmah
kebaikan di balik kondisi tersebut. Allah ta’ala mengingatkan,
"وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ
فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا"
Artinya: “(Wahai para suami) perlakukanlah istri-istri
kalian dengan cara yang baik. Jika kalian tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah). Karena boleh jadi kalian tidak menyukai sesuatu, padahal ternyata
Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya”. QS. An-Nisa’ (4): 19.
Contoh kebaikan yang banyak itu antara lain:
- Mematuhi nasehat Allah yang mengajak untuk bersabar. Tentu
kepatuhan tersebut akan mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
- Memaksa dan melatih diri berakhlak mulia, bersabar,
berlemah lembut, bertutur kata halus dan lain sebagainya.
- Mungkin perasaan benci yang sekarang ada akan berubah
menjadi perasaan cinta kelak.
- Bisa jadi akan lahir dari pasangan tersebut keturunan
salih-salihah yang bermanfaat di dunia dan akhirat.
Setelah berbagai upaya perbaikan dilakukan secara maksimal,
kemudian situasi dan kondisi tidak memungkinkan rumah tangga dilanjutkan dan
harus berpisah, itupun tidak masalah dalam agama kita. Yang penting tidak
terburu-buru mengambil keputusan, sebelum berusaha maksimal melakukan
perbaikan. Wallahu a’lam…
Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, Jum’at, 19
Ramadhan 1440 / 24 Mei 2019
Abdullah Zaen
Telegram: https://t.me/ustadzabdullahzaen