Selama dalam perjalanan menuju Sumatra,pada waktu itu di pelabuhan merak sebelum kapal berangkat,ada sebagian Anak-anak yang kehidupan sehari-hari mencari nafkah dengan berenang, mengambil uang dari para penumpang yang melemparkan ke air laut,pada waktu itu kami juga melemparkan koin dan ketawa-ketawa melihat anak-anak berebut uang tersebut.
Setelah sampai di Pelabuhan Bakahuni ,kami naik Trafel menuju pertigaan simpang lima,mungkin sudah lama tidak pergi ke Sumatra ,jadi tidak tahu kondisi masyarakat di sana, selama dalam perjalanan,kami melihat bangunan di depan rumah seperti candi/pure,di dalam hati bertanya?,sebagian masyarakat beragama hindu/budha.
Sampai di pertigaan simpang lima langsung di jemput pakai motor oleh saudara,selama dalam perjalanan,kami juga heran melihat orang-orang berkumpul di pinggir jalan,di dalam hati bertanya lagi ?’’kaya sedang berlangsungnya upacara Adat,setelah sampai di rumah langsung bertanya,tadi di perjalanan ada orang ramai ada apa….?
Saudara kami menjawab:’’itu kan sedang belangsungnya Adat pembakaran mayat!,kami sangat terkejut,( manusia ko di bakar),ternyata sebagian masyarakat di Desa Sri Pendowo/ Jl.Trans Ketapang beragama Hindu,kalau manusia meninggal dunia,untuk menyempurnakannya dengan di bakar dan sebagian abunya di buang ke Laut.
Pada waktu itu kami tidak berfikir panjang,ini kesempatan dan pengalaman,langsung menuju ke tempat Upacara tersebut,melihat langsung proses pembakaran,ternyata proses pembakaran dengan menggunakan kompor gas dengan di iringi musik adat Agama Hindu.
Kami berfikir:’’di dalam Agama Islam,menyakiti badan dengan sengaja (tidak ada alasan tertentu di larang dalam Agama,dalam keadaan hidup maupun sesudah meninggal,Agama lain jasad malah di bakar.
Demikian kisah perjalanan kami selama berkunjung ke tempat saudara yang ada di Sumatra.
Jakarta,22 Oktober 2016
Penulis Suyitno
Artikel Lumbirmengaji Blog